NAMA : DENIS FIRMANSYAH
KELAS : 2EB26
NPM :
28211306
TULISAN 1
DARI ILMU BERKOMPETISI KE ILMU BERKOPERASI
Pendahuluan
Ternyata
pada saat berdirinya IKOPIN tahun 1984, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
yang berwenang memberikan ijin operasi perguruan-perguruan tinggi berpendapat
ilmu koperasi tidak dikenal dan yang ada adalah ilmu ekonomi. Karena koperasi
lebih dimengerti sebagai satu bentuk badan usaha, maka ilmu
yang tepat untuk mempelajari koperasi adalah cabang ilmu ekonomi mikro yaitu manajemen. Masalah
koperasi dianggap semata-mata sebagai masalah manajemen yaitu bagaimana
mengelola organisasi koperasi agar efisien, dan agar, sebagai organisasi
ekonomi, memperoleh keuntungan (profit) sebesar-besarnya seperti
organisasi atau perusahaan-perusahaan lain yang dikenal yaitu perseroan
terbatas atau perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN).
Pada
tahun-tahun tujuhpuluhan Bapak Koperasi Indonesia Bung Hatta mengkritik pedas
koperasi–koperasi Indonesia yang lebih nampak berkembang sebagai koperasi
pengurus, bukan koperasi anggota. Organisasi
koperasi seperti KUD (Koperasi Unit Desa) dibentuk di semua desa di Indonesia
dengan berbagai fasilitas pemberian pemerintah tanpa
anggota, dan sambil berjalan KUD mendaftar anggota petani untuk memanfaatkan
gudang danlaintai jemur gabah, mesin penggiling gabah atau dana untuk membeli
pupuk melalui kredit yang diberikan KUD. Walhasil anggota bukan merupakan
prasarat berdirinya sebuah koperasi.
Reformasi
Kebablasan
Sistem
Ekonomi Indonesia berubah menjadi makin liberal mulai tahun 1983 saat
diluncurkan kebijakan-kebijakanderegulasi setelah
anjlognya harga ekspor minyak bumi. Pemerintah Indonesia yang telah dimanja
bonansa minyak (1974 – 1981) merasa tidak siap untuk tumbuh terus 7% per tahun
dalam kondisi ekonomi lesu, sehingga kemudian memberi kebebasan luar biasa
kepada dunia usaha swasta (dalam negeri dan asing) untuk “berperan serta” yaitu
membantu pemerintah dalam membiayai pembangunan nasional. Pemerintah memberikan
kebebasan kepada orang-orang kaya Indonesia untuk mendirikan bank yang secara
teoritis akan membantu mendanai proyek-proyek pembangunan ekonomi.
Kondisi ekonomi
Indonesia pra-krisis 1997 adalah kemajuan ekonomi semu di luar
kemampuan riil Indonesia. Maka tidak tepat jika kini pakar-pakar ekonomi
Indonesia berbicara tentang “pemulihan ekonomi” (economic recovery)
kepada kondisi sebelum krisis dengan pertumbuhan ekonomi “minimal” 7% per
tahun. Indonesia tidak seharusnya memaksakan diri bertumbuh melampaui kemampuan
riil ekonominya. Jika dewasa ini ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3-4% per tahun
tetapi didukung ekonomi rakyat, sehingga hasilnya juga dinikmati langsung oleh
rakyat, maka angka pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah itu jauh lebih baik
dibanding angka pertumbuhan ekonomi tinggi (6-7% per tahun) tetapi harus
didukung pinjaman atau investasi asing dan distribusinya tidak merata.
Reformasi ekonomi yang diperlukan Indonesia
adalah reformasi dalam sistem ekonomi, yaitu
pembaruan aturan main berekonomi menjadi aturan
main yang lebih menjamin keadilan ekonomi melalui
peningkatan pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Ilmu Ekonomi
Sosial
Meskipun
secara prinsip kami berpendapat teori dualisme ekonomi Boeke (1910, 1930)
sangat bermanfaat untuk mempertajam analisis masalah-masalah sosial ekonomi
yang dihadapi bangsa dan rakyat Indonesia, namun pemilahan secara tajam
kebutuhan rakyat ke dalam kebutuhan ekonomi dan kebutuhan sosial harus dianggap
menyesatkan. Yang benar adalah adanya kebutuhan sosial-ekonomi (socio-economic
needs). Adalah tepat pernyataan Gunnar Myrdal seorang pemenang Nobel
Ekonomi bahwa:
The
isolation of one part of social reality by demarcating it as “economic” is
logically not feasible. In reality, there are no “economic”, “sociological”, or
“psychological” problems, but just problems and they are all complex. (Myrdal, 1972:
139, 142)
Pernyataan Myrdal ini secara tepat menunjukkan
kekeliruan teori ekonomi Neoklasik tentang “economic man” (homo economicus)
sebagai model manusia rasional yang bukan merupakan manusia etis (ethical man)
dan juga bukan manusia sosial (sociological
man). Adam Smith yang dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi sebenarnya dalam
buku pertamanya (The Theory of Moral Sentiments, 1759) menyatakan
manusia selain sebagai manusia ekonomi adalah juga manusia sosial dan sekaligus
manusia ethik.
Jika
pakar-pakar ekonomi Indonesia menyadari keterbatasan teori-teori ekonomi Barat
(Neoklasik) seharusnya mereka tidak mudah terjebak pada kebiasaan mengadakan
ramalan (prediction) berupa “prospek” ekonomi, dengan hanya
mempersoalkan pertumbuhan ekonomi atau investasi dan pengangguran. Mengandalkan
semata-mata pada angka pertumbuhan ekonomi, yang dasar-dasar penaksirannya
menggunakan berbagai asumsi yang tidak realistis sekaligus mengandung banyak
kelemahan, sangat sering menyesatkan.
Penutup
Dalam
era otonomi daerah setiap daerah terutama masyarakat desanya harus memiliki
rasa percaya diri bahwa melalui organisasi kooperasi (koperasi)
kegiatan ekonomi rakyat dapat diperhitungkan keandalan kekuatannya. Koperasi
harus mereformasi diri meninggalkan sifat-sifat koperasi sebagai koperasi
pengurus menjadi koperasi
anggota dalam arti kata sebenarnya. Jika koperasi
benar-benar merupakan koperasi anggota maka tidak akan ada program/kegiatan
koperasi yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingan/kebutuhan anggota.
Dengan perkataan lain setiap “produk” atau kegiatan usaha koperasi harus
berdasarkan “restu” atau persetujuan anggota. Koperasi tidak mencari keuntungan
karena anggotalah yang mencari keuntungan yang harus menjadi lebih besar dengan
bantuan organisasi koperasi.
Dalam
tatanan ekonomi baru pemerintah termasuk pemerintah daerah berperan menjaga
dipatuhinya aturan main berekonomi yang menghasilkan “sebesar-besar kemakmuran
rakyat”. Otonomi daerah yang merupakan simbol kewenangan daerah untuk mengelola
sendiri ekonomi daerah harus dilengkapi desentralisasi fiskal yang diatur
secara serasi oleh pemerintah daerah bersama DPRD, kesemuanya diarahkan pada kesejahteraan
rakyat yang maksimal.
Sumber
: Oleh: Prof. Dr. Mubyarto -- Guru
Besar FE-UGM Yogyakarta, Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM
Bibliografi
- Hill, Polly, 1975. A Plea for Indigenous Economics: The Western African Examples.
- Hunt, E.K. History of Economic Thought: A critical Perspective, 1979. California, Wadsworth Publishing Company, Inc.
- Keynes, John Maynard, 1935, The General Theory of Employment, Interest, and Money, London. Macmillan & Co., Ltd.
- Lunati, M. Teresa, 1997, Ethical Issues in Economics: From Altruism to Cooperation to Equity, MacMilalan, London.
- Mubyarto & Bromley, 2002. A Development Alternative for Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
- Mubyarto, 2002. Ekonomi Pancasila. Yogyakarta, BPFE-UGM.
- Mubyarto, Hudiyanto, & Agnes Mawarni, Ilmu Koperasi, (konsep), akan terbit.
- Myrdal, Gunnar, 1975. Against the Stream: Critical Essays on Economics, New York, Vintage Books.
- Smith, Adam. 1759. The Theory of Moral Sentiments, Washington D.C. Regnery Publishing.
10 Stanfield, J. Ron,
1979, Economic Thought and Social Change, London and Amsterdam, Feffer
& Simons, Inc.